✔ Klarifikasi Penyakit Sarkoma Ewing Lengkap
Penjelasan Penyakit Sarkoma Ewing Lengkap
BAB 1
PENDAHULUAN
Baca Juga
1.1 Latar Belakang
Sarcoma ialah suatu tipe kanker yang jarang terjadi dimana penyakit ini berkembang pada struktur pendukung tubuh. Ada 2 jenis dari sarcoma, yaitu sarcoma pada tulang dan jaringan lunak. Sarcoma sanggup berkembang pada dimanapun tulang, namun sanggup juga berkembang pada jaringan lunak disekitar tulang. Sarcoma pada jaringan lunak sanggup berkembang pada otot, lemak, pembuluh darah atau dimanapun pada jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh. Sarkoma ewing ialah suatu tumor ganas yang jarang terjadi dimana sel kanker sanggup ditemukan pada tulang maupun jaringan lunak. Sarkoma ewingdijelaskan pertama kali pada tahun 1921 oleh Dr. James Ewing (1866 – 1943), dimana penyakit ini berbeda dengan limfoma dan jenis penyakit kanker lainnya pada masa itu. Biasanya penyakit ini menyerang tulang panjang ibarat pelvis, femur, humerus dan tulang rusuk. Sarkoma ewingjuga sanggup bermetastasis ke tempat lain ibarat sumsum tulang, paru-paru, ginjal, hati, kelenjar adrenal, dan jaringan lunak lainnya. Walaupun Sarkoma ewingtermasuk salah satu kanker tulang, namun sanggup juga terjadi pada jaringan lunak yang lebih dikenal dengan nama ekstraosseus Ewing sarcoma.
Sarkoma Ewing ini sangatlah ganas dengan rendahnya tingkat kesembuhan walaupun dengan pembedahan ablatif baik disertai radiasi ataupun tidak. Namun demikian terapi radiasi pada kawasan primer dan kawasan metastase yang dikombinasi dengan kemoterapi memakai doxorubicine, cyclophosphamide, vincristine dan dactynomycin dilaporkan sanggup meningkatkan kelangsungan hidup penderita sekalipun dengan metastase. Memang terapi multimodalitas diyakini akan meningkatkan proporsi long-term disease-free survival dari kurang 15 % menjadi lebih dari 50 % pada 2 – 3 dekade belakangan ini.
Tumor ganas tulang yang tidak berasal dari sistem hematopoetik ialah osteosarkoma, kondrosarkoma, fibrosarkoma dan sarcoma Ewing. Sarkoma Ewing merupakan tumor ganas terbanyak kedua sesudah osteosarkoma. Tumor ini tersusun atas sel bulat, lunak yang terjadi seringkali pada tiga dekade pertama dari kehidupan. Kebanyakan terletak pada tulang panjang, meskipun banyak sekali tulang lain sanggup pula terlibat. Diagnosis sanggup ditegakkan dengan anamnesis, investigasi fisik dan mekanisme investigasi penunjang.
Sarkoma Ewing paling sering terlihat pada belum dewasa dalam usia belasan dan tempat yang palings sering ialah korpus tulang-tulang panjang. Penampilan kasar ialah berupa tumor abu-abu lunak yang tumbuh ke reticulum sumsum tulang dan
merusak korteks tulang dari sebelah dalam. Dibawah periosteum terbentuk lapisan-lapisan tulang yang gres diendapkan paralel dengan batang tulang sehingga membentuk gambaran ibarat tulang bawang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Sarkoma Ewing ?
2. Apa penyebab dari Sarkoma Ewing?
3. Bagaimana patofisiologi dari Sarkoma Ewing ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Sarkoma Ewing?
5. Bagaimana WOC dari Sarkoma Ewing?
6. Bagaimana investigasi penunjang Sarkoma Ewing?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Sarkoma Ewing?
8. Bagaimana komplikasi dari Sarkoma Ewing?
9. Bagaimana asuhan keperawatan untuk klien dengan Sarkoma Ewing ?
1.1 Tujuan
A. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami patofisiologi dan asuhan keperawatan klien dengan Sarkoma Ewing..
B. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi Sarkoma Ewing.
2. Mengetahui penyebab dari Sarkoma Ewing.
3. Mengetahui patofisiologi dari Sarkoma Ewing.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari Sarkoma Ewing.
5. Mengetahui WOC dari Sarkoma Ewing.
6. Mengetahui investigasi penunjang Sarkoma Ewing.
7. Mengetahui penatalaksanaan pada klien dengan Sarkoma Ewing.
8. Mengetahui komplikasi dari Sarkoma Ewing.
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Sarkoma Ewing.
1.2 Manfaat
Mahasiswa sanggup mengetahui anatomi fisiologi sistem muskuloskletal dan sarkoma ewing serta mahasiswa juga sanggup mengetahui ihwal asuhan keperawatan pada pasien penderita sarkoma ewing.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi Muskuloskletal
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengusruskan pergerakan. Komponen utama sistem muskoluskeletal ialah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, dan otot.
A). Sistem Tulang
Tulang ialah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai fungsi utama, yaitu:
1. Membentuk rangka badan
2. Sebagai pengumpil dan tempat menempel otot
3. Sebagai potongan dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat dalam, ibarat otak, sum sum tulang belakang, jantung, dan paru-paru
4. Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, posfat, magnesium dan garam
5. Ruang di tengah tulang tertentu yang mempunyai fungsi embel-embel lain, yaitu sebagai jaringan hemopoietik untuk memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Fungsi Umum dari Tulang,yaitu :
A. Formasi kerangka
Tulang-tulang membentuk rangka tubuh untuk memilih ukuran tulang dan menyokong struktur tubuh yang lain.
1. Formasi sendi-sendi
Tulang-tulng membentuk persendian yang bergerak dan tidak bergerak tergantung dari kebutuhan fungsional.
2. Perlekatan otot
Tulang-tulang menyediakan pembukaan untuk tempat melekatnya otot, tendo, dan ligamentum.
3. Sebagai pengungkit
Untuk majemuk acara selama pergerakan.
4. Penyokong berat badan
Memelihara perilaku tegak tubuh insan dan menahan gaya tarikan dan gaya tekanan yang terjadi pada tulang sehingga sanggup menjadi kaku dan lentur.
5. Proteksi
Tulang membentuk rongga yang mengandung dan melindungi struktur-struktur yang halus ibarat otak, medulla spenalis, jantung, paru-paru, alat-alat dalam tubuh, dan panggul.
6. Haemopoiesis
Sum-sum tulang merupakan tempat pembentulkan sel-sel darah,tetapi terjadinya pembentukan sel-seldarah sebagian besar terjadi di sum-sum tulang merah.
7. Fungsi immunologi
Limposit B dan makropak-makropak dibuat dalam sistem retikuloendotelial sum-sum tulang.
8. Penyimpanan kalsium
Tulang mengandung 97% kalsium tubuh baik dalm bentuk anorganikmaupun dalam bentuk garam, terutama kalsium fosfat.
Pada fase awal perkembangan tulang embrio(pada ahad k-3 dan ke-4) terbentuk tiga lapisan germinal yaitu ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Lapisan ini merupakan jaringan yang bersifat multi potensial serta akan membentuk mesenkim yang kemudian berdiferensisasi membentuk jaringan tulang rawan. Pada ahad ke-5 perkembangan embrio terbentuk tonjolan anggota gerak (Limb bud) yang didalamnya terdapat sel mesoderm yang kemudian akan berkembang menjadi mesenkim yang merupakan bakal terbentuknya tulang dan tulang rawan.
Perkembangan tulang terjadi melalui dua tahap, yaitu :
1. Pada ahad ke-5 perkembangan embrio, tulang rawan terbentuk dari prakartilago. Ada 3 jenis tulang rawan yaitu : tulang rawan hialin, tulang rawan fibrin, dan tulang rawan elastic.
2. Setelah ahad ke-7 perkembangan embrio, tulang akan terbentuk melalui dua cara yaitu :
A. Secara pribadi : pada proses ini tulang akan terbentuk secara pribadi dari membrane tulang dalam bentuk lembaran,misalnya pada tulang muka,pelvis, scapula, dan tulang tengkorak. Proses penulangan ini ditandai terbentuknya osteoblas yang merupakan rangka dari trabekula tulang yang penyebarannya secar radial.
B. Secara tidak pribadi : proses ini tulang terbentuk dari tulang rawan. Proses penulangan tulang rawan terjadi melalui dua cara,yaitu :
a) Osifikasi Sentral : terjadi melalui osifikasi endokondral.
b) Osifikasi Perifer : terjadi di bawah perikondrium atau osifikasi periosteum.
Pertumbuhan intertisial terjadi melalui proses osifikasi endokondral pada tulang rawan. Ada dua lokasi pertumbuhan tulang rawan dan tulang panjang, yaitu :
1. Tulang rawan artikuler : pertumbuhan tulang panjang terjadi pada kawasan tulang rawan artikuler dan merupakan tempat satu-satunya bagi tulang untuk bertumbuh pada kawasan epifisis.
2. Tulang rawan lempeng epifisis : pertumbuhan ini terjadi keseimbangan antara dua proses, yaitu:
a. Proses pertumbuhan : adanya pertumbuhan intertisial tulang rawan dari lempeng epifisis memungkinkan terjadinya penebalan tulang.
b. Proses kalsifikasi : ajal dan penggatian tulang rawan pada kawasan permukaan metafisis terjadi melalui proses osifikasi endokodral.
Perkembangan tulang berasal dari jenis pertumbuhan membranosa dan kartilago. Proses peletakan jaringan tulang (histogenesis) disebut osifikasi (penulangan). Jika hal ini terjadi dalam suatu model selaput dinamakan penulangan intramembranosa dan tulang yang dibuat dinamakan tulang membrane atau tulang derma lantaran tulang ini berasal dari suatu membrane. Tulang-tulang endokondral(tulang kartilago) merupakan tulang yang berkembang dari penulangan suatu model tulang rawan. Penulangan ini dinamakan tenulangan intrakartilaginosa (penulangan tidak langsung).
Ujung Pertumbuhan Tulang
Epifise bersatu dengan diafise. Pusat-pusat epifise akan menyatu dengan diafise sehingga terjadi pada tulang-tulang yang lain. Korpus dari semua tulang-tulang panjang dan besar memperlihatkan final dari suatu alur yang berfungsi sebagai suatu lubang pada tulang yang di sebut suramen nutrisia yang dipakai pada arteri nutrisia untuk memasuki korpus.
Anatomi Sistem Tulang
Secara garis besar, tulang dibagi menjadi enam, yaitu :
1. Tulang panjang (long bone), contohnya femur, tibia, fibula, ulna, dan humerus. Daerah batas disebut diafisis dan kawasan yang berdekatan dengan garis epifisis diebut metafisis. Di kawasan ini sangat sering ditemukan adanya kelainan atau penyakit lantaran kawasan ini merupakan kawasan metabolic yang aktif dan banyak mengandung pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan perkembangan pada kawasan lempeng epifisis akan mengakibatkan kelainan pertumbuhan tulang.
2. Tulang pendek (short bone), contohnya tulang-tulang karpal.
3. Tulang pipih (flat bone), contohnya tulang parietal, iga, scapula, dan pelvis.
4. Tulang takberaturan (irregular bone), contohnya tulang vertebrata.
5. Tulang sesamoid, contohnya tulang patella.
6. Tulang sutura (sutural bone),ada di atap tengkorak.
Tulang terdiri atas kawasan yang kompak pada potongan luar yang disebut korteks dan potongan dalam (endosteum) yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan diluarnya dilapisi oleh periosteum. Periosteum pada anak lebih tebal daripada orang dewasa, yang memungkinkan penyembuhan tulang pada anak lebih cepat dibandingkan orang dewasa.
Fisiologi Sel Tulang
Tulang ialah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel : osteoblas, osteosit, dan osteoklas.
1. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas menyekresikan sejumlah besar fosfatase alkali yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ked ala matriks tulang.
2. Osteosit ialah sel tulang remaja yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3. Osteoklas ialah sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang sanggup diabsorpsi. Tidak ibarat osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam pedoman darah.
Bentuk tulang sanggup diadaptasi untuk menanggung kekuatan mekanis yang semakin meningkat. Perubahan tersebut juga membantu mempertahankan kekuatan tulang pada proses panuaan. Matriks organic yang sudah renta berdegenerasi sehingga membuat tulang relative menjadi lemah dan rapuh. Pembentukan tulang yang gres memerlukan matriks organic gres sehingga member embel-embel kakuatan pada tulang.
Klasifikasi Tulang
Terdapat mengembangkan bentuk dan saiz tulang. Ini membolehkan tulang-tulang memenuhi keperluan khusus bagi tulang tersebut. Tulang-tulang memenuhi keperluan khusus bagi tulang tersebut. Tulang-tulang diklasifikasikan berdasarkan kepada empat bentuknya.
4. Tulang Panjang
Tulang –tulang dalam kumpulan ini secara umumnya lebih panjang, lebar dan berfungsi sebagai tuas. Kebanyakan dari pada tulang-tulang panjang ialah tulang - tulang mampat. Contoh tulang pada tangan (humerus, radius, ulna, metacarpal, dan falanges) dan kaki (femur, tibia, fibula, metatarsal, falangus) kecuali pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
5. Tulang Pendek
Secara umumnya tulang-tulang pendek berbentuk kiub dan didapati di ruang-ruang yang tertutup. Tulang – tulang ini berongga. Contoh tulang – tulang pergelangan tangan ( karpal ) dan pergelangan kaki (tarsal).
6. Tulang Pipih
Tulang – tulang ini berbentuk pipih, tipis, dan melengkung. Tulang-tulang ini berfungsi sebagai tempat pelekatan otot-otot dan melindungi organ-organ di bawahnya. Contohnya tulang – tulang cranium, rusuk, dan sternum.
7. Tulang tak sama bentuk
Tulang – tulang tak sama bentuk berfungsi sebagai tempat pelekatan otot atau artikulasi. Contoh tulang – tulang vertebra ( servikel, torasik, lumbar, sekrum, dan koliks ) dan tulang indera pendengaran tengah ( stapes, inkus, maleus).
B). Sistem Persendian
Sendi ialah tempat pertemuan dua tulang atau lebih. Tulang ini dipadukan dengan banyak sekali cara contohnya dengan kapsul sendi, pitafibrosa, ligament, tendon, fasia, atau otot. Ada tiga tipe sendi, yaitu:
1. Sendi Fibrosa (sinartrodiol), merupakan sendi yang tidak sanggup bergerak. Sendi fibrosa tidak memilki lapisan tulang rawan.
2. Sendi kartilagilosa (amfiartrodial), merupakan sendi yang sanggup sedikit bergerak. Sendi kartilaginosa ialah sendi yang ujung-ujung tulangnya dibungkus oleh tulang rawan hialin, disokong oleh ligament, dan hanya sanggup sedikit bergerak. Tipe sendi kartilaginosa yaitu :
1. Sinkondrosis, ialah sendi-sendi yang diliputi tulang rawan hialin. Contohnya sendi-sendi kostokondral.
2. Simfisis, ialah sendi yang tulang-tulangnya memilki hubunhgan fibrokartilago dan selapis tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi. Contohnya simfisis fubis dan sendi-sendi pada tulang punggung.
3. Sendi synovial (diartrodial), merupakan sendi yang sanggup dipakai dengan bebas. Sendi ini memilki rongga sendi dan permukaan sendi yang dilapisi tulang rawan hialin.
Kapsul sendi terdiri dari selaput epilog fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan penyambung pembuluh darah banyak, serta sinovium yang membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi dan membeungkus tendon-tendon. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi. Cairan synovial normalnya bening, tidak bekau, dan tidak berwarna. Jumlahnya pada tiap-taip sendi relative kecil (1-3 mm). Sel darah putih pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/mm dan terutama ialah sel-sel mononuklea.
Sendi dilumasi oleh cairan synovial dan oleh perubahan hydrostatic yang terjadi pada cairan intertesial tulang rawan. Tekanan yang terjadi pada tulang rawan akan menjadikan pergeseran cairan kebagian yang kurang menerima tekanan. Aliran darah ke sendi banyak menuju sinovium. Pembuluh darah mulai masuk melalui tulang subkondral pada tingkat tepi kapsul.
C). Sistem Otot
Setiap otot dikelilingi oleh jaringan ikat pembungkus otot yang disebut perimisium eksternus atau fasia profia. Serabut otot akan bergabung dengan yang lainnya diantara jaringan ikat yang disebut perimisium internum yang berfungsi untuk menguatkan otot tempat pembuluh darah dan saraf. Otot-otot ini menempel pada tulang dengan mediator jaringan ikat khusus yang dinamakan tendo. Susunannya ibarat otot berwarna putih, ujung-ujung mengecil berafiliasi dengan tendo. Tiap-tiap serabut otot mengandung beribu-ribu myofibril yang terletak berdampingan sehingga terlihat ibarat garis-garis melintang.
Otot merupakan alat gerak aktif. Gerakan tersebut disebabkan lantaran kerja sama antara otot dan tulang. Kerangka insan merupakan kerangka dalam yang tersusun dari tulang keras (osteon) dan tulang rawan (kartilago).
Susunan otot ialah suatu sistem alat untuk menguasai gerak aktif dan posisi tubuh kita. Pada setiap otot terlihat beberapa empal yang merupakan potongan yang aktif mengerut.
Otot itu beraneka ragam, ada yang ceper, ada yang berbentuk kumparan dan ada pula yang berbentuk kipas.
Menurut susunannya, otot terdiri atas :
1. Otot berserabut sejajar
2. Otot bers
Sedangkan berdasarkan letaknya, otot dibedakan menjadi otot-otot batang badan, otot-otot anggota gerak dan otot-otot kepala. Otot-otot batang tubuh terdiri dari otot-otot perut, otot-otot punggung, otot-otot dada dan otot-otot leher. Otot punggung tidak terlihat dari permukaan tubuh. Otot punggung berfungsi untuk gerak-gerik tulang belakang. Otot perut terentang antara gelang panggul dan rangka dada. Otot-otot tersebut sanggup memendek secara aktif.
Menurut jenis dasarnya otot terdiri dari :
1. Otot licin (otot polos)
2. Bergaris-garis tak beraturan
3. Otot kardia (otot jantung)
4. Otot rangka
Bergaris-garis teratur. Otot ini berfungsi menggerakan rangka. Pada anggota gerak atas terdapat otot bahu, otot lengan atas, otot lengan bawah, dan otot tangan. Sedangkan otot gerak bawah terdapat otot pangkal paha, otot tungkai atas, otot tungkai bawah dan otot kaki.Otot kepala terdiri dari otot-otot wajah dan otot kunyah.
Jenis-jenis otot
1. Otot polos
Tersusun dalam dua lapisan, lapisan dalam sel-sel otot polosnya tersusun melingkar dan lapisan sebelah luar sel-sel otot polosnya tersusun memanjang. Inti sel otot polos berbentuk lonjong dan pada sel otot yang sedang mengkerut pada dasarnya tampak melingkar.
2. Otot rangka
Serabut otot pada penampang memanjangnya tampak sebagai pita-pita panjang yang tersusun sejajar satu sama lain. Intinya berbentuk lonjong. Jumlahnya banyak dan terdapat ditepi serabut sempurna dibawah sarkolema.
3. Otot jantung
Otot jantung berbeda dengan otot rangka lantaran sel-selnya panjang, bercabang, dan bergabung satu sama yang lain dengan perantaraan cabangnya sehingga membangun suatu jala. Inti berbentuk lonjong dan berwarna pucat, terletak di tengah-tengah serabut. Serabut otot jantung, bergaris melintang tetapi tidak sejelas otot rangka dan pada tempat-tempat tertentu terdapat keeping-keping interkalar.
2.2. Definisi
Sarkoma Ewing merupakan tumor maligna yang tersusun atas sel bulat, kecil yang paling banyak terjadi pada tiga dekade pertama kehidupan. Sarkoma Ewing merupakan tumor ganas primer yang paling sering mengenai tulang panjang, kebanyakan pada diafisis. tulang yang paling sering terkena ialah pelvis dan tulang iga. Sarkoma Ewing ialah neoplasma ganas yang tumbuh cepat dan berasal dari sel-sel primitive sumsum tulang pada remaja muda.Sarkoma Ewing ialah suatu tumor ganas yang jarang terjadi dimana sel kanker sanggup ditemukan pada tulang maupun jaringan lunak.Ewing’s sarcoma dijelaskan pertama kali pada tahun 1921 oleh Dr.James Ewing (1866 – 1943), dimana penyakit ini berbeda dengan limfoma dan jenis penyakit kanker lainnya pada masa itu.Biasanya penyakit ini menyerang tulang panjang ibarat pelvis, femur, humerus dan tulang rusuk. Sarkoma Ewing juga sanggup bermetastasis ke tempat lain ibarat sumsum tulang, paru-paru, ginjal, hati, kelenjar adrenal,dan jaringan lunak lainnya.Walaupun Ewing’s sarcoma termasuk salah satu kanker tulang, namun sanggup juga terjadi pada jaringan lunak yang lebih dikenal dengan nama ekstraosseus sarkoma ewing.
Sarkoma Ewing ini sangatlah ganas dengan rendahnya tingkat kesembuhan walaupun dengan pembedahan ablatif baik disertai radiasi ataupun tidak. Namun demikian terapi radiasi pada kawasan primer dan kawasan metastase yang dikombinasi dengan kemoterapi memakai doxorubicine, cyclophosphamide, vincristine dan dactynomycin dilaporkan sanggup meningkatkan kelangsungan hidup penderita sekalipun dengan metastase. Memang terapi multimodalitas diyakini akan meningkatkan proporsi long-term disease-free survival dari kurang 15 % menjadi lebih dari 50 % pada 2 – 3 dekade belakangan ini.
2.3.Etiologi(penyebab)
Hingga kini, penyebab kanker tulang belum diketahui secara pasti. Namun faktor genetik atau keturunan sepertinya memainkan tugas besar dalam banyaknya masalah kanker tulang. Kondisi lain yang mengakibatkan peningkatan risiko kerusakan dan regenerasi tulang dalam jangka waktu tertentu juga meningkatkan risiko berkembangnya tumor tulang. Hal ini menjadi klarifikasi mengapa Sarkoma Ewing sering menimpa anak-anak, ini lantaran pertumbuhan tulang mereka yang cepat.
Berikut ini beberapa faktor yang diduga sanggup meningkatkan risiko seseorang terkena kanker tulang.
Paparan radiasi tinggi dari suatu pengobatan yang pernah dialami penderita, contohnya radioterapi.Pernah mempunyai riwayat suatu jenis kanker mata yang disebut retinoblastoma saat kecil.Pertumbuhan tulang yang cepat pada pubertas.Menderita penyakit Paget, yaitu suatu kondisi yang sanggup mengakibatkan tulang lemah.Menderita penyakit hernia umbilitikus semenjak lahir.
2.4. Patofisologi
Adanya tumor pada tulang mengakibatkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, lantaran adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang gres bersahabat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan fisik berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) sanggup menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor sanggup bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh lantaran bersimpai maka pada umumnya tumor jinak gampang dikeluarkan dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga sanggup digambarkan ibarat kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker sanggup membuat anak sebar (metastasis) ke potongan alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker gres di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya sanggup merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
Adapun siklus tumbuh sel kanker ialah membelah diri, membentuk RNA, berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada dikala ini sel tidak melaksanakan pembelahan).
2.5. ManifestasiKlinis
1. Nyeri atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadisemakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit).
2. Fraktur patologik (patah tulang).
3. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yangterbatas.
4. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanyapelebaran vena.
5. Gejala-gejala penyakit metastatik mencakup nyeri dada, batuk, demam, beratbadan menurun dan malaise.
2.6 WOC
Genetik
Tumbuh Sel Tumor
Mendesak Jaringan
Tumor Tulang
Invasi Jaringan Lunak
Respon Osteoblastik
Mk.Gangguan gambaran tubuh
Tumor Ganas
Lordosis
Mk.Rasa nyaman nyeri
Perkembangan
Ektrimitas
Mk.Anisietas
Perubahan Bentuk Tubuh
Kerusakan jaringan
Mk.Resiko Infeksi
Nyeri Pada Dada
Sarkoma Ewing
Infeksi
Defisit Pengetahuan
2.7. Pemeriksaan Penunjang
1. Test dan mekanisme diagnostik berikut ini harus dilakukan pada semua pasien yang dicurigai sarcoma Ewing :
a). Pemeriksaan darah rutin. b). Transaminase hati. c). Laktat dehidrogenase. Kenaikan kadar enzim ini berafiliasi dengan adanya atau berkembangnya metastase.
2. Pemeriksaan radiologis : a). Foto rontgen. b). CT scan : Pada kawasan yang dicurigai neoplasma (misal : pelvis, ekstremitas, kepala) dan penting untuk mencatat besar dan lokasi massa dan hubunganya dengan struktur sekitarnya dan adanya metastase pulmoner. Bila ada tanda-tanda neorologis, CT scan kepala juga sebaiknya dilakukan.
3. Pemeriksaan invasif : a). Biopsi dan aspirasi sumsum tulang. Aspirasi dan biopsi sample sumsum tulang pada jarak tertentu dari tumor dilakukan untuk menyingkirkan adanya metastase. b). Biopsi insisi atau dengan jarum pada massa tumor sangat penting untuk mendiagnosis Ewing’s Sarkoma. Jika terdapat komponen jaringan lunak, biopsi pada kawasan ini biasanya lebih dimungkinkan.
2.8.Penatalaksanaan
Semua pasien dengan sarkoma Ewing, meskipun sudah mengalami metastase harus diobati dengan sebaik-baiknya. Untuk keberhasilan pengobatan diharapkan kerja sama yang erat diantara andal bedah, kemoterapist dan radiotherapist untuk memastikan pendekatan yang efektif guna mengendalikan lesi primer dan penyebaran tumor. Protokol pengobatan sarkoma Ewing kini ini sering kali dimulai dengan 3 sampai 5 siklus kemoterapi sebelum radiasi.
Kemoterapi adjuvant ialah suatu kewajiban yang biasa dipakai untuk pengobatan sarkoma ewing. Secara dua dekade berturut-turut, kemoterapi ialah terapi yang lebih efektif.
Adapun obat kemoterapi yang dipakai semenjak 1960 ialah vincristine, actinomycin D dan cyclophosphamide (regimen VAC) yang memang terbukti secara pemantauan jangka panjang. Penelitian terbaru, terbukti dengan studi yang memperlihatkan bahwa ada dua jenis obat yang sangat efektif berikatan dengan sel-sel biro tumor, antara lain alkylating agent dan anthracycline. Disini dibuktikan bahwa isosfamide dan cyclophosphamide merupakan biro alkylating dan anthracycline doxorubicin akan menstabilkan dan membuat maksimal kalau dipakai dengan regimen VAC.
Sekarang secara universal telah ditemukan adanya terapi terbaru yang telah difokuskan pada pengobatan lokal dengan taktik yang lebih baik, yang telah dibuktikan pada banyak sekali macam pasien untuk tumor ekstremitas. Dua taktik untuk meningkatkan hasil lokalisasi pada pasien. Pertama, membandingkan efisiensi antara ifosfamide dengan cyclophosphamide, ternyata yang lebih manis ialah regimen yang memakai ifosfamide lantaran bisa menginduksi waktu paruh lebih panjang. Strategi kedua ialah menggabungkan antara ifosfamide dan etoposide di dalam terapi VDCA (vincristine, doxorubicin, cyclophosphamide dan actinomycin D), ternyata kesudahannya meningkatkan masa hidup yang lebih lama. Studi ini mengambarkan bahwa untuk pasien yang penyakitnya masih terlokalisasi, kesudahannya lebih manis tapi tidak ada hasil yang memuaskan bila ada metastasis. Terapi radiasi biasanya memakai energi tinggi untuk menghancurkan atau membunuh sel-sel kanker dari kecenderungan untuk tumbuh dan bermetastasis. Ini termasuk pembedahan kecil. Terapi ini hanya bisa dipakai untuk area yang spesifik. Radiasi tidak bisa dipakai untuk kawasan yang tidak terlokalisasi atau sel-sel kanker yang sudah menyebar pada bagian-bagian tubuh. Radioterapi bisa dilakukan dengan dua cara yakni eksternal dan internal:
1. Secara eksternal dengan cara mengirimkan energi radiasi tingkat tinggi yang berasal dari mesin secara pribadi pada tumor.
2. Secara internal atau brachiterapi, biasanya dengan menanamkan implantasi atau sejenis materil radioaktif yang lebih kecil, bersahabat dengan kanker. Sarkoma ewing relatif sensitif terhadap radiasi. Bila terlokalisasi, terapi radiasi ialah terapi utama tapi akan lebih efektif kalau digabungkan dengan kemoterapi.
Efek samping bisa timbul dengan berjalannya waktu. Dosis besar sanggup mengakibatkan kerusakan pada kulit di area yang pribadi mendapatkan radioterapi. Pada pasien sarkoma ewing bisa mengakibatkan kerusakan pembuluh darah vena dan saraf, sedangkan pemberian pada efek-efek lanjut biasanya muncul pada anak-anak, bisa mengakibatkan atropi, fibrosis, gangguan pertumbuhan tulang, gangguan pergerakan, edem dan kerusakan saraf perifer.
2.9.Komplikasi
Akibat pribadi : patah tulang.Akibat tidak pribadi : penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh.
3. Akibat pengobatan : gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada kemoterapi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN(ASKEP)
3.1. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 17 Desember 2014
Masuk RS : 15 Desember 2014
Ruang : mawar
Jam : 09.15
No. Rekam medis : 120341
1. Identitas Klien
NAMA : Pasien X
Umur : 15 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : kristen
Pendidikan : SMA
Alamat : JL.Kuda terbang no. 89
Suku/bangsa : WNI
PENANGGUNG JAWAB KLIEN
Nama : Wali X
Umur : 54 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : wirausaha
Hubungan denga pasien : Anak
Alamat : JL.Kuda terbang no. 89
2. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Klien mengatakan, badannya lemah dan gampang lelah.
Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 1 ahad sebelum masuk rumah sakit klien menyampaikan sesak napas, disertai gampang merasa lelah. Di rumah klien membeli obat diwarung untuk mengurangi sakitnya, namun sesudah beberapa hari meminum obat tersebut ternyata tidak ada perubahan. Kemudian keluarga klien membawa klien ke RSUD.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada tahun 2010 klien pernah di rawat di RSUD Ulin diruang yang sama dengan penyakit yang sama di alaminya sekarang. Klien menjalani perawatan selama 8 hari kemudian di pulangkan lantaran keadaan klien membaik. Klien menyampaikan mempunyai riwayat penyakit Paget tapi klien tidak pernah melaksanakan pengobatan untuk penyakitnya itu.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Klien menyampaikan dalam anggota keluarganya ada yang menderita penyakit paget dan sebelumnya klien juga sempat tinggal bersama kakanya yang mempunyai penyakit Sarkoma Ewing dan tidak diobati.
3.2. Diagonasa
1. Nyeri akut berafiliasi dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi.
2. Hambatan mobilitas fisik berafiliasi dengan penurunan kekuatan dan kerusakan muskuloskeletal.
3. Gangguan gambaran tubuh berafiliasi dengan biofisik dan penanganan.
4. Ansietas berafiliasi dengan ancaman ajal dan perubahan status kesehatan.
5. Resiko cedera berafiliasi dengan tumor.
6. Resiko infeksi berafiliasi dengan penyakit kronis dan kerusakan jaringan.
3.3. Intervensi
1. Nyeri akut berafiliasi dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi.
Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Pasien akan :
Meningkatkan kenyamanan
Dapat mengendalikan nyeri
Dapat melaporkan karakteristik nyeri.
Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan karakteristik nyeri
Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan lembut).
Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.
Berikan lingkungan yang tenang.
Kolaborasi dengan dokter ihwal pemberian analgetik, kaji efektifitas dari tindakan penurunan rasa nyeri.
Untuk mengetahui respon dan sejauh mana tingkat nyeri pasien.
Mencegah pergeseran tulang dan pengutamaan pada jaringan yang luka
Peningkatan vena return, menurunkan edema, dan mengurangi nyeri.
Agar pasien sanggup beristirahat dan mencegah timbulnya stress
Untuk mengurangi rasa sakit / nyeri.
2. Gangguan gambaran tubuh berafiliasi dengan biofisik dan penanganan
tujuan & kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Pasien akan :
Menunjukkan pembiasaan dengan ketunadayaan fisik, penyesuaian psikososial.
Menunjukkan gambaran tubuh positif dan harga diri positif.
Menunjukkan kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
Menunjukkan harapan untuk menyentuh potongan tubuh yang mengalami gangguan
Bimbinngan antisipasi : persiapkan pasien terhadap kritis perkembangan atau kritis situasional
Peningkatan gambaran tubuh : tingkatkan persepsi sadar dan tak sadar pasien serta perilaku terhadap tubuh pasien
Peningkatan koping : bantu pasien mengikuti keadaan dengan persepsi stresor, perubahan atau ancaman
Dapat membantu pasien /orang terdekat memulai proses pembiasaan pada status gres dan menyiapkan beberapa untuk imbas samping.
Membantu mengartikan dilema sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan membantu pemecahan masalah. Contohnya, takut kehilamngan kemandirian, kemampuan bekerja, dsb.
Meningkatkan kemandirian dan meningkatkan perasaan harga diri.
3. Ansietas berafiliasi dengan ancaman ajal dan perubahan status kesehatan
Tujuan & kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Pasien akan :
Menunjukkan rasa kondusif yang optimal
Penurunan ansietas
Teknik menenangkan diri
Untuk Minimalkan kekhawatiran, ketakutan, prasangka, atau perasaan tidak damai yang berafiliasi dengan sumber ancaman yang diantisipasi dan tidak jelas
Untuk meredakan kecemasan pada pasien yang mengalami distres akut
4. Resiko infeksi berafiliasi dengan penyakit kronis dan kerusakan jaringan
Tujuan & kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Pasien akan :
Terbebas dari tanda dan tanda-tanda infeksi
Memperlihatkan higiene personal yang adekuat
Pengendalian infeksi : minimalkan penyebaran dan penularan agens infeksius
Perlindungan infeksi : cegah dan deteksi dini infeksi pada pasien yang beresiko
Ajarkan klien dan keluarga cara menghindar infeksi.
Mencegah terjadinya penyebaran agens yang mengakibatkan infeksi.
mengidentifikasi dini infeksi dan mencegah infeksi berlanjut
agar klien dan keluarga sanggup secara berdikari meenghindari infeksi tanpa derma perawat.
3.4. Implementasi
1. Nyeri akut berafiliasi dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi
Intervensi
Implementasi
1. Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan karakteristik nyeri
2. Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan lembut).
3. Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.
4. Berikan lingkungan yang tenang.
5. Kolaborasi dengan dokter ihwal pemberian analgetik, kaji efektifitas dari tindakan penurunan rasa nyeri.
1. Mencatat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan karakteristik nyeri.
2. Memberikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan lembut).
3. Memberikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.
4. Memberikan lingkungan yang tenang.
5. Mekolaborasi dengan dokter ihwal pemberian analgetik, kaji efektifitas dari tindakan penurunan rasa nyeri.
2. Gangguan gambaran tubuh berafiliasi dengan biofisik dan penanganan
Intervensi
Implementasi
1. Bimbinngan antisipasi : persiapkan pasien terhadap kritis perkembangan atau kritis situasional
2. Peningkatan gambaran tubuh : tingkatkan persepsi sadar dan tak sadar pasien serta perilaku terhadap tubuh pasien
1. Mebimbinngan antisipasi : persiapkan pasien terhadap kritis perkembangan atau kritis situasional
2. Meningkatan gambaran tubuh : tingkatkan persepsi sadar dan tak sadar pasien serta perilaku terhadap tubuh pasien
3.5.Evaluasi
1. Pasien bisa mengontrol nyeri.
a. Melakukan teknik administrasi nyeri,
b. Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.
c. Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri dikala istirahat, selama menjalankan aktifitas hidup sehari-hari.
2. Memperlihatkan pola penyelesaian dilema yang efektif :
a. Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata.
b. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien.
c. Keluarga bisa membuat keputusan ihwal pengobatan pasien.
3. Masukan nutrisi yang ada berpengaruh :
a. Mengalami peningkatan berat badan
b. Menghabiskan makanan satu porsi setiap makan
c. Tidak ada tanda – tanda kekurangan nutrisi
4. Memperlihatkan konsep diri yang positif :
a. Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasien.
b. Memperlihatkan penerimaan perubahan gambaran diri
5. Klien dan keluarga siap intuk menghadapi kemungkinan amputasi.
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Sarkoma Ewing merupakan tumor ganas tulang primer yang paling banyak kedua pada anak – anak dan remaja muda. Pengobatan secara multidisipliner telah dibuat lebih dari 25 tahun belakangan ini. Kemopterapi bergairah telah meningkatkan 5-years survival rates dari 10% menjadi 70%.
Peran pembedahan dan radioterapi guna kontrol lokal tumor juga makin bertambah penting. Sebenarnyalah walaupun sarkoma Ewing merupakan suatu bentuk penyakit kanker yang amat bergairah tetapi masih sanggup disembuhkan (curable) apabila diagnosis ditegakkan pada stadium awal dan ditangani dengan benar.
4.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah ditetapkan dan meninjau kembali pembahasan yang ada penyusun memperlihatkan saran biar dalam pemberian pertolongan berupa sarkoma ewing harus terlebih dahulu melihat etiologi dari permasalahan yang ada berdasarkan pada pengkajian yang ada sehingga sanggup membuat asuhan keperawatan yang utuh dan bermutu.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?q=patofisiologi+sarkoma+ewing&ie=utf-8&oe=utf-8
https://arimegaga.blogspot.com/search?q=sarkoma-ewing
https://arimegaga.blogspot.com/search?q=sarkoma-ewing
https://arimegaga.blogspot.com/search?q=sarkoma-ewing
https://arimegaga.blogspot.com/search?q=sarkoma-ewing
https://www.google.com/search?q=jalan+masuknya+penyakit+kanker+tulang&ie=utf-8&oe=utf-8
https://arimegaga.blogspot.com/search?q=sarkoma-ewing
https://arimegaga.blogspot.com/search?q=sarkoma-ewing
http://dokumen.tips/documents/makalah-tumor-tulang.html
Sourche:
Evi Dwi Yuliati
Belum ada Komentar untuk "✔ Klarifikasi Penyakit Sarkoma Ewing Lengkap"
Posting Komentar