✔ Debu Nawas Menduduki Singgasana Raja

Abu Nawas Menduduki Singgasana Raja

Kecerdikan nalar dan pikiran Abu Nawas sudah tersebar di seluruh penjuru kerajaan yang dipimpin oleh Raja Harun Ar-Rasyid. Bahkan raja sendiri pun mengakui kehebatan Abu Nawas hingga mengajaknya tinggal di istana.


gbr: zilzaal

Raja Harun telah menawarkan kebebasan kepada Abu Nawas untuk keluar masuk istana tanpa mekanisme yang berbelit. Dengan hadirnya Abu Nawas di istana, maka raja sanggup setiap dikala meminta pertimbangan, pendapat kepada Abunawas dalam setiap keputusannya, sebagai penasehat kerajaan.

Baca Juga

Namun, sepertinya kali ini Abu Nawas mulai bosan tinggal di istana, ia tidak terbiasa dengan hidup berfoya-foya. Meskipun semua yang diinginkan selalu tersedia, namun Abu Nawas menentukan ingin tinggal di luar istana, ia rindu sekali untuk menggarap sawah dan merawat binatang ternaknya.

Dari sinilah kenudian muncul dalam pikiran Abu Nawas untuk keluar dari istana. Diputarlah otaknya untuk mencari alasan semoga ia sanggup keluar.

Menduduki Singgasana Raja.

Setelah semalamam dipikirkan, Abu Nawas menemukan cara jitu untuk keluar dari lingkungan istana.

Pada keesokan harinya, ia sengaja bangkit pagi-pagi sekali kemudian pergi ke ruang utama istana. Saat itu suasana masih sepi, hanya terdapat beberapa pengawal. Raja Harun sendiri masih terbaring di daerah tidurnya.

Pada dikala Abu Nawas itulah Abu Nawas mendekati singgasana raja dan mendudukinya. Tak hanya itu saja, Abu Nawas juga mengangkat kaki dan menyilangkan salah satu kakinya seperti dialah rajanya.

Melihat tragedi itu, beberapa pengawal kerjaaan terpaksa mengangkap Abu Nawas. Mereka menilai bahwa siapapun tidak berhak duduk di singgasana raja kecuali Raja Harun sendiri.
Barang siapa yang menempati tahta raja, termasuk dalam kejahatan yang besar dan eksekusi mati yang diberikan.
Para pengawal menangkapAbu Nawas kemudian menyeretnya turun dari tahta dan memukulinya.
Mendengar teriakan Abu Nawas yang kesakitan, raja menjadi terbangun dan menghampirinya.
'Wahai pengawal, apa yang kalian lakukan?" tanya raja.
"Ampun Baginda, Abu Nawas telah lancang duduk di singgasana Paduka, kami terpaksa menyeret dan memukulinya," jawab salah seorang pengawal.

Sesaat sehabis itu, Abu Nawas tiba-tiba saja menangis. Tangisannya sengaja ia buat kencang sekali sehingga banyak menyita perhatian penduduk istana lainnya.
"Benarkah yang dikatakan pengawal itu wahai Abu Nawas?" kata Raja Harun.
"Benar Paduka," jawan Abu Nawas.

Tujuan Keluar Istana Tercapai.

Raja sangat terkejut dengan penuturan Abu Nawas itu. kalau sesuai peraturan yang ada, Abu Nawas akan dikenai eksekusi mati. Namun, Raja Harun tak hingga hati melaksanakannya mengingat begitu banyak jasa yang diberikan Abu Nawas kepada kerajaan.

"Sudahlah, tak usah menangis. Jangan khawatir, saya tidak akan menghukummu. Cepat hapus air matamu," ucap sanga raja.
"Wahai Baginda, bukan pukulan mereka yang membuatku menangis, saya menangis alasannya kasihan terhadap Paduka," kata Abu Nawas yang menciptakan raja tercenganng oleh ucapan itu.
'Engkau mengasihaniku?" tanya Raja Harun.
"Mengapa engkau harus menagisiku?" kata raja lagi.

Harga Diri Raja Tercoreng.

Abu Nawas menjawab,
"Wahai raja, saya cuma duduk di tahtamu sekali, tapi mereka telah memukuliku dengan begitu keras. Apalagi paduka, paduka telah menduduki tahta selama dua puluh tahun. Pukulan ibarat apa yang akan paduka terima? Aku menangis alasannya memikirkan nasib paduka yang malang," jawab Abu Nawas.

Jawaban itu menciptakan raja tak sanggup berbuat apa-apa. Ia tak menyangka Abu Nawas menjual harga dirinya di depan banyak pengawal. Oleh alasannya itu, Raja Harun hanya menghukum Abu Nawas untuk dikeluarkan dari istana.
"Baiklah kalau demikian, mulai detik ini kau harus keluar dari sitanaku," kata raja sedikit geram.

"Terima kasih paduka, memang itulah yang saya kehendaki," balas Abu Nawas sambil menyalami Raja Harun untuk kemudian pamit keluar dari istana.

Artikel Terkait

Belum ada Komentar untuk "✔ Debu Nawas Menduduki Singgasana Raja"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel