✔ Perang Tondano Di Sulawesi Utara

Perang Tondano di Sulawesi Utara

Perang Tondano terjadi pada masa penjajahan HIndia Belanda, baik pada masa VOC maupun pada masa Pemerintah Hindia Belanda. Bangsa Spanyol sudah hingga di tanah Minahasa (Tondano) Sulawesi Utara sebelum kedatangan bangsa Belanda. Hubungan dagang orang Minahasa dengan Spanyol terus berkembang. Tetapi mulai masa XVII korelasi dagang antara mereka mulai terganggu dengan kehadiran para pedagang dari Belanda. Waktu itu VOC berhasil menanamkan pengaruhnya di Ternate. VOC berusaha memaksakan kehendak mereka mereka biar orang-orang Minahasa menjual hasil berasnya kepada VOC. Orang-orang Minahasa menentang perjuangan monopoli dari VOC tersebut. Tidak ada pilihan lain bagi VOC, mereka menentukan upaya memerangi orang-orang Minahasa. Untuk melemahkan orang-orang Minahasa, VOC kemudian membendung Sungai Temberan. Akibatnya anutan sungai tersebut meluap dan menggenangi tempat tinggal rakyat dan para pejuang Minahasa. Orang-orang Minahasa kemudian pindah ke Danau Tondano dengan rumah-rumah apung. Perang Tondano terjadi lagi pada masa ke-19. Perang ini dilatarbelakangi oleh kebijakan Gubernur Jenderal Daendels. Pada kebijakan itu, Minahasa dijatah untuk mengumpulkan calon pasukan sejumlah 2000 orang yang akan dikirim ke Jawa. Orang-orang Minahasa umumnya tidak oke dengan jadwal Belanda untuk merekrut pemuda-pemuda Minahasa sebagai pasukan kolonial. Banyak di antara para ukung mulai meninggalkan rumah. Mereka justru mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Gubernur Prediger mengirim pasukan untuk menyerang pertahanan orang-orang Minahasa di Tondano-Minawanua. Belanda menerapkan taktik dengan membendung Sungai Temberan lagi. Prediger juga membentuk dua pasukan tangguh. Pasukan pertama dipersiapkan untuk menyerang dari Danau Tondano dan pasukan yang lain menyerang Minawanua dari darat. Tanggal 23 Oktober 1808 pertempuran mulai berlangsung dengan sengit. Pasukan Hindia Belanda yang berpusat di Danau Tondano berhasil melaksanakan serangan dan merusak pagar bamu berduri yang membatasi danau dengan perkampungan Minawanua, sehingga menerobos pertahanan orang-orang Minahasa di Minawanua. Karena waktu sudah malam maka para pejuang dengan semangat yang tinggi terus bertahan dan melaksanakan perlawanan dari rumah ke rumah. Pasukan Belanda merasa kewalahan. Setelah pagi hari tanggal 24 Oktober 1808 pasukan Belanda dari darat membombardir kampung pertahanan Minawanua. Serangan terus dilakukan Belanda sehingga kampung itu ibarat tidak ada lagi kehidupan. Pasukan Prediger mulai mengendorkan serangannya. Tiba-tiba dari arah perkampungan itu orang-orang Tondano muncul dan menyerang dengan hebatnya sehingga korbanpun berjatuhan dari pihak Belanda. Pasukan Pemerintah Hindia Belanda kewalahan dan terpaksa ditarik mundur. Seiring dengan itu Sungai Temberan yang dibendung mulai meluap sehingga mempersulit pasukan Belanda sendiri. Dari jarak jauh Belanda terus menghujani meriam ke Kampung Minawanua, tetapi tentu tidak efektif. Begitu juga serangan yang dari danau tidak bisa mematahkan semangat juang orang-orang Tondano-Minawanua. Bahkan terpetikik informasi kapal yang paling besar yang di danau tenggelam. Perang Tondano II ini berlangsung cukup lama, hingga bulan Agustus 1809. Dalam suasana kepenatan dan kekurangan makanan mulai ada kelompok dari pejuang yang mulai memihak kepada Hindia Belanda. Namun dengan kekuatan dan semangat yang ada para pejuang Tondano terus menawarkan perlawanan atas gempuran pasukan Belanda yang terus menerus. Akhirnya pada tanggal 4-5 Agustus 1809 Benteng pertahanan Moraya milik para pejuang hancur bersama rakyat yang berusaha mempertahankan. Para pejuang itu menentukan mati dari pada menyerah. Mayat-mayat mereka telah lenyap di dasar danau bersama lenyapnya kemerdekaan dan kedaulatan tanah Minahasa. Strategi Belanda Menghadapi Perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda Para jagoan kita telah memperlihatkan kegigihannya yang luar biasa melawan penjajahan pemerintah Hindia Belanda. Namun, hingga final masa XIX, Belanda belum juga berhasil diusir dari bumi Indonesia. Apakah kalian menemukan korelasi lokasi Indonesia dengan kesulitan mengusir penjajah? Pada bab sebelumnya kalian telah mempelajari keunggulan lokasi Indonesia yang terdiri atas iklim, geostrategis, dan kondisi tanah. Ketiga hal tersebut berdampak pribadi pada acara ekonomi, transportasi, dan komunikasi. Kondisi Indonesia yang berpulau-pulau menyulitkan transportasi dan komunikasi masyarakat pada masa lalu. Akibatnya rakyat Indonesia melaksanakan perlawanan hanya terbatas di wilayahnya masing-masing. Hal ini dimanfaatkan Pemerintah Hindia Belanda untuk melaksanakan taktik memecah belah bangsa Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda juga memakai taktik mengasingkan para pimpinan perlawanan. Sebagai pola Pangeran Diponegoro diasingkan di Sulawesi, Cut Nya Dien di Jawa Barat, Tuanku Iman Bonjol juga diasingkan ke Ambon. Strategi tersebut merupakan upaya Belanda memutus komunikasi pemimpin dengan rakyatnya.

Belum ada Komentar untuk "✔ Perang Tondano Di Sulawesi Utara"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel